Aghist Note

Umar bin Khattab ra. berkata: "Ikatan Islam akan terurai satu demi satu, apabila di kalangan Islam tumbuh orang yang tidak mengetahui jahiliyah." (HR. Ahmad)
A. PENGERTIAN
Sesungguhnya kata “Jahiliyah” sendiri adalah mashdar shina’iy yang berarti penyandaran sesuatu kepada kebodohan. Kebodohan menurut Manna’ Khalil al-Qaththan ada 3 makna, yaitu:
1. Tidak adanya ilmu pengetahuan dan ini adalah makna asal.
2. Meyakini sesuatu secara salah.
3. Mengerjakan sesuatu dengan menyalahi aturan atau tidak mengerjakan yang seharusnya ia kerjakan.

B. KLASIFIKASI
Lawan Islam adalah Jahiliyah. Setiap bagian dari Islam mempunyai lawan yang disebut jahiliyah. Hal ini diperkuat oleh sabda Rasulullah Saw. kepada Abu Dzar yang ketika itu melakukan sesuatu yang tidak islami. Rasulullah bersabda, "... Sesungguhnya di dalam dirimu ada kejahiliyahan." (HR. Bukhari Muslim)

Sebab seluruh bagian ajaran Islam merupakan produk ilmu Allah Yang Maha Meliputi. Sedangkan semua pemikiran atau tingkah laku yang bertentangan dengan Islam disebut jahiliyah, karena merupakan produk keterbatasan ilmu manusia yang selalu dikalahkan oleh nafsu syahwatnya, yang kadang-kadang melihat sesuatu yang baik sebagai buruk dan melihat sesuatu yang buruk sebagai baik. Allah berfirman:

Yusuf berkata: "Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang jahil." (QS. Yusuf: 33)

Menutup aurat adalah kewajiban bagi umat muslim, jadi menutup aurat termasuk yang islami, maka lawannya tidak menutup aurat termasuk jahiliyah. Allah berfirman:

"... dan janganlah kamu berdandan (berhias) dengan dandannya perempuan jahiliyah dahulu..." (QS. al Ahzab: 33)

Oleh karena itu Islam adalah kesempurnaan mutlak, sedangkan jahiliyah adalah kedangkalan mutlak. Manusia dihadapkan untuk memilih dua jalan hidup tersebut (jahiliyah atau islam). Allah berfirman:

"Sesungguhnya Kami menunjuki pada jalan (kebenaran) ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (QS. al Insan: 3)

Kenyataan yang ada dalam masyarakat saat ini, mereka mencampuradukkan antara islam dengan kejahiliyahan atau antara sistem islam dengan sistem jahiliyah tersebut sebagai sistem yang terlihat baik disebabkan sebagian sistem Islam yang masuk di dalamnya. Islam bersumber dari Allah dan Nabi-Nya, sedangkan jahiliyah bersumber dari Iblis dan setan yang mengikutinya. Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."
(QS. al Baqarah: 208)

Jika kita mengatakan bahwa akal dapat melihat kebaikan sesuatu, bukan berarti dengan akal semata ia mampu melihat kebaikan tersebut secara pasti tanpa ragu. Akal kadang dapat melihat sesuatu, tetapi ia tetap terbatas, sedangkan Allah Maha Meliputi segala sesuatu. Yang dapat meyakinkan tentang hakikat penglihatan manusia adalah wahyu. Allah berfirman:

"Ingatlah sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Rabb mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu." (QS. Fussilat: 54)

Dalam buku Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna, Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris menulis: ”Jadi politik itu terbagi menjadi dua macam: politik syar’i (politik Islam) dan politik non syar’i (politik non Islam). Politik syar’i berarti upaya membawa semua manusia kepada pandangan syar’i dan khilafah (sistem pemerintahan Islam) yang berfungsi untuk menjaga agama (Islam) dan urusan dunia. Adapun politik non syar’i atau politik versi manusia adalah politik yang membawa orang kepada pandangan manusia yang diterjemahkan ke undang-undang ciptaan manusia dan hukum lainnya sebagai pengganti bagi syari’at Islam dan bisa saja bertentangan dengan Islam. Politik seperti ini menolak politik syar’i karena merupakan politik yang tidak memiliki agama. Sedangkan politik yang tidak memiliki agama adalah politik jahiliyah.”

Pada umumnya pengertian jahiliyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya. Kaum orientalis berpendapat tentang jahiliyah adalah mereka yang bertahan dengan kepercayaan dan budaya tradisional Arab yang menganut kepercayaan Pagan, sehingga mereka menolak pembaruan Islam yang diusung oleh Nabi. Ini merupakan salah satu pemikiran jahil dari mereka yang mengaku Islam. Bagi orang-orang mukmin yang meyakini kebenaran al Quran hingga akhir zaman, tentu tidak akan berpikir demikian. Al Quran berkali-kali menyebut kata "jahil" yang merupakan representasi dari umat terdahulu agar menjadi pelajaran bagi umat yang sesudahnya, untuk tidak mengikuti kejahiliyahan umat sebelumnya. Allah Ta`ala berfirman:

"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. al Fath: 26)


Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa dalam akidah ada Islam dan ada jahiliyah, dalam akhlak ada Islam dan ada jahiliyah, dalam politik ada Islam dan ada jahiliyah, dalam pendidikan ada Islam ada jahiliyah, dalam perang dan damai ada Islam dan ada jahiliyah, dalam undang-undang ada Islam dan ada jahiliyah. Begitupun dalam persaudaraan ada Islam dan ada jahiliyah. Imam Hasan al Bana berkata, "Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah." Sedangkan ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan, perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).

Kebenaran adalah Islam. Sedangkan kebatilan adalah jahiliyah. Kemaslahatan dan kebaikan adalah syariat Allah, dan kebalikannya adalah jahiliyah. Kemaslahatan manusia tidak akan dapat diketahui tanpa syariat Allah. Sedangkan kejahilan dalam akidah dan ibadah merupakan jenis jahiliyah yang paling besar. Oleh karena itu Allah ta`ala memaafkan orang yang taubat terhadap perbuatan jahil yang tidak bersifat ideologis di mana ia tetap berakidah baik dan benar. Tetapi Allah tidak akan mengampuni sama sekali meskipun ia bermoral dan berakhlak Islam-orang yang akidah dan ibadahnya jahiliyah. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni jika Ia dipersekutukan dengan yang lainnya, dan Dia akan mengampuni (dosa) selain menyekutukan Allah..." (QS. an Nisa: 48)

Allah menurunkan Islam dalam keadaan lengkap dan sempurna. Barangsiapa mengambil seluruh Islam maka ia adalah seorang muslim. Barangsiapa mengambil sebagian dan mengabaikan sebagian Islam, maka ia termasuk orang yang mencampuradukkan jahiliyah dengan Islam. Orang semacam ini telah dinyatakan dalam al Quran:

"...dan (ada pula) orang-orang lain telah mengakui dosanya, mereka mencampurkan amal kebajikan dengan amal lain yang buruk..." (QS. at Taubah: 102)

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir) merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya ..." (QS an Nisa: 150-151)

C. KESMIPULAN
Kemunduran islam disebabkan oleh dua faktor utama: Sebagian umat islam tidak mengetahui tentang jahiliyah dan sebagian umat islam menjadi pengikut kaum jahiliyah.
"Khilafah sesudaku tiga puluh, kemudian menjadi kerajaan yang ditaktor." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Ya`la, Ibnu Hibban dan Safinah, dan hadits ini shahih)
"Ikatan Islam akan lepas sedikit demi sedikit, pertamanya ialah lepasnya pemerintahan (Islam) dan akhirnya (lepasnya) shalat." (HR. Ahmad)

Akibatnya saat ini, Islam yang semestinya menjadi penghancur jahiliyah, berubah menjadi sistem yang diserang dan hendak dihancurkan oleh kejahiliyahan. Maka tersebarlah propaganda-propaganda jahiliyah di bumi Allah, dan alangkah mirisnya melihat umat Islam banyak yang menyambutnya dan menjadi pendukung atau pengikutnya. Seperti propaganda demokrasi, HAM, sekulerisme, komunis, kapitalisme, liberalisme, hedonisme, misionaris, dan agen-agen kuffar yang bergerak dengan kedok kemajuan, memerangi keterbelakangan dan slogan-slogan lainnya.

from other milis